Melihat Sejarah Industri Dirgantara Nasional



Perkembangan teknologi di Indonesia sangat diuntungkan oleh Booming minyak yang terjadi pada tahun 1970 an. Booming minyak memberikan keuntungan tersendiri bagi pemerintah Indonesia, ketika pemerintah Orde Baru merancang alih teknologi tinggi, khususnya pembuatan Industry Pesawat Terbang Nasional. Perkembangan industry pesawat terbang berawal ketika Presiden  Soeharto memanggil pulang ahli Acoronika lulusan Universitas Achen di Jerman, B.J.Habibie , pada tahun 1974. Soeharto menugaskan Habibie untuk menyiapkan segala hal terkait pembangunan industry dirgantara nasional.

Untuk mendukung kerja B.J.Habibie, Presiden Soeharto menempatkan Habibie sebagai staf divisi pengembangan teknologi tinggi pertamina. Posisi strategis ini membuat Habibie memperoleh kemudahan dalam pembiayaan ( dana yang berlimpah dari booming minyak ) sehingga mampu membiayai eksperimen teknologi tinggi yang dirancang oleh Habibie. Disisi lain hubungan Habibie dengan penguasa juga semakin dekat membuat kemudahan bagi Habibie dalam mengembangkan ide-idenya. Habibie kemudian mengembangkan industry – industry strategis dengan mendirikan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ( BPPT ) sebagai basis awal pengembangan industry strategis.

Di BPPT inilah Habibie merancang dan mengembangkan berbagai industry strategis di Indonesia melalui Badan Perencanaan Industri Strategis ( BPIS ) . Dari BPIS ini kemudian dikembangkan Industri Pesawat Terbang Nurtanio ( IPTN ) di Bandung, Perusahaan Armada Laut ( PAL ) di Surabaya dan Badan Tenaga Atom Nasional ( BTAN ) di Serpong . Industry strategis ini menghasilkan berbagai karya nyata, IPTN menghasilkan pesawat - pesawat sebagai sarana transportasi udara di Indonesia dan PT.PAL berhasil membuat berbagai Kapal Laut sebagai sarana trasportasi Laut.

Industry Pesawat Terbang Nusantara yang bertempat di Bandung, mulai beroprasi pada tahun 1976. Dalam mengembangkan industry dirgantara ini Habibie menggandeng industry – industry pesawat terbang dari Eropa diantaranya adalah MBB yang berkedudukan di Jerman dan CASA yang berkedudukan di Spanyol. Salah satu wujud dari kerjasama ini adalah diperbolehkannya lisensi pembuatan helikopter NBO – 105 dan CN 235

Pada awalnya IPTN hanya memperoleh penguasaan alih teknologi tinggi berdasarkan lisensi yang dimiliki. Tahap berikutnya IPTN diizinkan untuk merakit pesawat – pesawat tersebut di Indonesia. Setelah tahap perakitan berjalan dengan baik, tahap berikutnya pemberian izin untuk memproduksi komponen – komponen  pesawat di Indonesia. Salah satu hasil IPTN adalah berhasil memproduksi berbagai jenis pesawat terbang antara lain NC – 212 – 100, Helikopter Nbell – 412, NAS – 332 Super Puma, CN 234, CN 235, CN 250 dan N2130.

Pertumbuhan IPTN yang begitu pesat mendorong industry – industry pesawat terbang dunia bekerja sama dengan IPTN. Diantara perusahaan tersebut adalah Generasi Elektrik ( Industri Mesin Pesawat Terbang ) dengan didirikannya divisi Universal Maintenance Center. Kerja sama  lainnya yang dijalin adalah dengan Boeing salah satu industry pesawat terbang terbesar di dunia. kerja sama yang  dijalin adalah meningkatkan kemampuan manajement IPTN agar efisien dan mampu berproduksi secara maksimal.

Demikianlah artikel tentang Melihat Sejarah Industri Dirgantara Nasional. Semoga bermanfaat